• RSS
  • Facebook
  • Twitter
Comments

 OSPEK SIUB 2014

   Kalau denger kata Ospek? Apasih yang terbayang secara spontan di  pikiran teman teman? Sebagian mungkin ngebayangin atribut yang ribet luar biasa yang harus digunakan selama kegiatan ospek, sebagian lagi mungkin berpikir bermacam kegiatan perpeloncoan, teriak-teriakan dan senioritas yang terjadi sepanjang kegiatan ospek itu berlangsung. Kalau dipikir-pikir, masih pantaskah kita yang telah bergelar MAHA-siswa mendapatkan perlakuan semacam itu ? 

   Mungkin hal inilah yang terpikir oleh kakak-kakak senior Sistem Informasi Universitas Brawijaya untuk mengadakan kegiatan yang jauuuh lebih bermanfaat dan lebih mendidik ketimbang mengadakan kegiatan ospek, yang dari namanya saja sudah kelewat suram untuk dijalani. hahaha

   Introducing : "Weeks of Welcoming SIUB 2014". Jadi, menggantikan peran ospek yang bermaksud memperkenalkan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru, kakak-kakak senior Sistem Informasi mengadakan yang namanya WOW, singkatan dari Weeks of Welcoming. Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk mengajarkan, mengakrabkan dan memperkenalkan mengenai kehidupan kampus kepada kami para mahasiswa baru. Namun, dengan cara yang lebih menyenangkan dan mendidik. Di sepanjang rangkaian kegiatan WOWSIUB ini, kami diajak untuk saling mengenal, baik sesama mahasiswa baru, maupun dengan kakak-kakak senior.

 Setiap 10 orang dari kami memiliki satu senior pendamping yang bertugas memperkenalkan bagaimana kehidupan kampus kepada kami selama satu semester, dan jujur saja, cara ini memang sangat efektif dan sangat bermanfaat bagi saya sebagai seorang mahasiswa baru.

    Sepanjang kegiatan,tampaknya panitia memang mempersiapkan setiap pertemuan di acara WOW dengan matang. Mulai dari materi, games dan metode pendekatan yang diberikan memang diperuntukan secara khusus untuk kami para mahasiswa baru, dan menurut saya sebagai orang yang menjalani kegiatan WOW, panitia berhasil dalam mengajarkan nilai-nilai yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini, setiap panitia terlihat kompak dan solid dalam menyukseskan rangkaian acara WOW SIUB 2014 yang akan berjalan selama satu semester ini. Untuk satu tujuan, yaitu menyambut kami para  mahasiswa baru, dalam keluarga kami yang baru. Keluarga besar Sistem Informasi Universitas Brawijaya.

SEMANGAT PAGI!

SI!! JAYAA!!
____________________________________________________________________
FOTO BARENG KAKAK-KAKAK SENIOR























 


[...]

Categories:
Comments



PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SIAPA ?

            ‘Pendidikan Karakter’, sebenarnya bukan barang baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Karena memang sejak dulu, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter dianggap mampu mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkualitas. Hal inilah yang membuat pendidikan karakter seolah sesuatu yang baru dan mendesak untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

Di sekolah, slogan ‘Pendidikan Karakter’ selalu disebut disetiap upacara dan hari-hari besar pendidikan nasional, dan semua siswa bisa menjawab pengertian pendidikan karakter baik dalam hal kejujuran, disiplin dan sopan santun dengan tepat. Tetapi, bagaimana dengan karakter sesungguhnya yang ada didalam diri mereka? Belum tentu, karena masih banyak orang tua mengeluh tentang sikap anak mereka di rumah, atau guru yang mengeluh tentang buruknya perilaku siswa disekolah.

Sayangnya, pendidikan karakter yang diharapkan menjadi titik acuan untuk proses pendidikan yang lebih baik telah rusak. Bukan karena pelajar, melainkan karena pengajar, demi membantu kelulusan anak-anak yang dianggap tidak mampu melewati batas kelulusan, mereka rela memberika bocoran jawaban UN kepada siswa. Bahkan membeli kunci jawaban UN berharga jutaan, untuk pujian tinggi dengan tingkat kelulusan 100%. Celakanya, praktik ini terus berulang setiap tahun.

Praktik penyelewengan dan kecurangan UN adalah cerminan bahwa kejujuran yang selama proses pendidikan ditanamkan di setiap individu siswa oleh tenaga pendidik di lingkungan sekolah, telah luntur, rusak dan terabaikan. Hilangnya nilai-nilai kejujuran dan dapat dipercaya adalah suatu bentuk pengkhianatan terhadap karakter positif yang telah berusaha ditanamkan terhadap siswa.

Jika karakter positif yang berusaha ditanamkan kepada siswa selama bertahun-tahun pendidikannya dirusak oleh perilaku guru sendiri, maka untuk siapa sebenarnya pendidikan karakter dilaksanakan? Untuk apa sebenarnya karakter dibangun didalam diri seorang siswa? Bukankah itu hanya pekerjaan yang sia-sia?

Bagaimana mungkin pendidikan karakter dapat berjalan, jika pada akhirnya guru itu sendiri yang merusak karakter siswa. Bagaimana mungkin seorang guru menjadi motivator, jika akhirnya mereka lebih suka membombardir siswa dengan kekurangan daripada memuji kelebihan siswa.

Tentu, hal ini menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia, bahwa generasi muda yang akan melanjutkan dan meluruskan bangsa ini telah mulai rusak sebelum sempat berperan aktif bagi negara.

Suatu proses dalam pendidikan adalah hal yang sangat vital, karena proses pendidikan tidak dapat diulang. Jika proses tidak berjalan dengan baik, maka karakter yang dibangun beserta kesalahan-kesalahan akan terus melekat dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya kembali, layaknya sebuah rumah, jika pilar-pilar didalam rumah itu goyah dan tidak seimbang, maka rumah akan roboh dan hancur, tetapi jika pilar itu kuat, seimbang dan tertata dengan rapi, maka rumah akan berdiri dengan kuat dan kokoh.

Masa depan generasi muda adalah masa depan bangsa Indonesia. Masa depan Indonesia bergantung pada karakter yang dibangun dengan baik. Indonesia akan tetap berjaya jika dapat menjalankan norma, nilai dan aturan-aturan yang telah diberlakukan, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga karakter akan terbangun bersamanya.

Sudah seharusnya seluruh lapisan masyarakat ikut berperan aktif dan turut serta mewujudkan terciptanya bangsa Indonesia yang berkarakter. Generasi yang kritis, disiplin, aktif dan berkualitas adalah kunci untuk mangangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang kian turun. Jangan biarkan Pendidikan Karakter bernasib sama dengan Pendidikan Moral Pancasila, yang tidak berjalan karena tidak diaplikasikan dengan baik.

Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang nyata antara masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan karakter yang sesungguhnya. Dimulai dari menerapkan kejujuran sedari dini, membiasakan hidup displin, memperkuat interaksi sosial dan patuh terhadap aturan dan norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, pendidikan karakter di Indonesia dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta menghasilkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang kritis, cerdas dan berkualitas.

                                                                                                           @Ridho Fadhlurrahman


Ini  tulisan yang udah lama setahun yang lewat, buat lomba sih sebenarnya, tapi iseng-iseng dipost balik, mana tau ada yang butuh. :)

[...]

Categories:
Comments


        IBU, TETAP IBUKU

Jam meja memekik-mekik sadis membangunkan Adi. Tangannya yang selicin pualam karena keringat bergerak spontan memukul- mukul jam yang sedaritadi memekik tanpa henti, hendak melanjutkan mimpi diatas ranjangnya yang nyaman. Namun, indera pendengaranya menangkap suatu gelombang yang tidak dapat dielakan, ya! Itu suara ibunya. Dengan suara lantang yang menggelegar, Ibu memaksa seluruh tubuh Adi tegak dalam rasa jengkel yang mendalam. Dengan segera, badan lampainya turun melayang menuju kamar mandi, sembari menanggalkan busana yang tersangkut di raganya.

“Oh Adi, ayolah, segera bersihkan kamarmu terus makan sarapanmu ubahlah kebiasaanmu ini!” Ibu berkata tegas, menatap tajam Adi yang bergerak malas “Aku sudah capek bu, cuci baju, cuci piring, bersih-bersih, semuanya sudah aku lakukan kemarin” Adi menukas, mengalihkan tatapan ke meja yang penuh lembaran kertas usang disampingnya. ”Itu kan memang kewajibanmu, sekarang lakukan apa yang Ibu katakan! Ini untuk kebaikanmu di masa depan!”Ibu berkata, mengangkat tangannya yang putih-kasar dan melambai lambaikanya.” Arggh...!” Adi menggeram, tanpa melihat ibunya, kembali kekamar, membersihkan pakaian yang  berserakan bak daun pohon berguguran.

Kembali dari kamar dengan pakaian lengkap, Adi menuju ruang makan, menyaksikan ibunya yang sedang menyiapkan makanan dengan cekatan.”Sudah selesai? Sekarang, habiskan sarapanmu, jangan buang sayurnya seperti kemarin! Jangan buat Ibu marah lagi!” Ibu menatap lelah anaknya, merasa bosan dengan sikap Adi yang tidak pernah berubah. ”Sayur lagi? Ibu kan tau ak... ”Kalimat Adi terputus  ketika melihat tangan ibunya terangkat. ”Jangan buat Ibu marah lagi Adi! Sayur itu baik untuk tubuhmu! Bayangkan jika tubuhmu kering kekurangan sayur! Ohh... Adi, Ibu akan lebih baik jika tidak terus-terusan marah kepadamu!” Ibu berkata dengan lantang, mengisyaratkan tidak ada lagi yang bisa dilakukan dengan anak semata wayangnya. Dengan tatapan tajam yang menyebalkan, Adi membalas, ”Oh ya! Dan aku akan jauh lebih baik jika tidak mendengarkan aturan-aturan ibu lagi, aku akan lebih baik jika tidak ada Ibu! ” suara tajam Adi bergema di seluruh ruangan.

Sontak, Ibu menjatuhkan lap tangan yang dari tadi dipegangnya, tidak percaya dengan apa yang dikatakan anaknya, mulutnya sedikit terbuka tanpa mengeluarkan apa-apa, cahaya matanya lambat laun meredup, kecewa akan kata-kata yang terlontar dari mulut anaknya. Dengan langkah yang lemah, ibu berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Adi yang kebingungan di kursi hijau temaram seorang diri, memikirkan apa yang salah dengan ucapannya.

Adi berangkat ke sekolah dengan sunyi, tidak seperti biasanya, karena sebelum sekolah, Ibu pasti memberi beberapa nasehat sembari melepas kepergian anaknya. Tapi sekarang, tanpa nasehat, tanpa ucapan, Adi berangkat meninggalkan rumah. Tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada ibunya.Nanti.

          10 menit sebelum bel berbunyi, Adi telah sampai disekolah, tanpa banyak basa-basi, Adi langsung berjalan lurus menuju kelasnya dengan tatapan hampa, masih memikirkan apa yang telah ia lakukan terhadap ibunya. Decitan tajam sepatu Adi berbunyi ketika ia memasuki kelasnya yang luas dengan jendela dan keramik yang bersih mengkilap, langkahnya yang saat ini terburu-buru langsung menuju kursi kekar yang ada di balik meja birunya. Tubuh Adi yang kecil benar-benar tidak setara dengan kursi yang ditumpanginya. Memang benar kata Ibu, “tidak ada untungnya memilih - milih makanan, hanya akan merugikanmu...”

          “Kau kenapa Di? Kok Lesu?” Alif bertanya, menyenggol siku sahabatnya yang saat ini sedang menggores-goreskan jarinya di meja kosong. “Ayolah Di, ceritakan masalahmu padaku” Alif membujuk. Dengan tatapan penuh harap, Adi menceritakan semua yang telah terjadi di pagi hari sebelum ia berangkat sekolah. Alif adalah sahabat terbaiknya saat ini, yang benar-benar mengerti apa yang dirasakan kawannya dan dengan senang hati menawarkan bantuan ketika kawannya ini mendapat masalah. Ya! Dialah Alif, rambutnya yang bagaikan ribuan per kusut bergerak-gerak ketika mencerna setiap kata yang dikeluarkan mulut kawaannya.

          “Dan kau mau tunggu apa lagi? Segera pergi menuju rumahmu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, kepada ibumu!” Alif langsung memberikan usul kepada kawannya dengan semangat yang menggebu-gebu. “Kau bermaksud aku melakukannya sekarang?” Adi membalas Alif dengan ekspresi sedikit kebingungan. “Ondeh Mandeh, pulang sekolah la.. Tak mungkin la kau melakukannya sekarang” logat  Medan dengan sedikit kosakata Padang diucapkannya dengan fasih.

“Ya! Kau benar! Aku harus minta maaf, tidak seharusnya aku berkata seperti itu kepadanya”, rona merah mulai muncul diwajahnya, dengan semangat yang mulai kembali, Adi langsung menyalami kawannya. “Hahaha! Itu baru kawanku!” Alif mengoceh, menatap kawannya hangat.

          Bel pulang menderu nyaring, membuat seluruh siswa bergerak riang menuju rumah masing-masing, sebagian bergerak ke tempat lain, mencari sesuatu yang menyenangkan, mengingat besok adalah hari Minggu. “Ingat kataku, minta maaf padanya dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali”Alif berkata kepada Adi, seolah-olah Adi telah melupakan apa yang seharusnya dilakukan.” Iya.. Iya, bawel!” Adi balik berkata dengan dengusan lemah. Dipersimpangan depan sekolah, mereka berpisah, bergerak kearah yang bertolak belakang satu sama lain.

          Adi langsung bergerak cepat menyusuri gang-gang sempit menuju rumahnya, ini adalah yang ketiga kalinya Adi melewati jalan sempit berkelok-kelok, karena jalan ini adalah semacam jalan pintas menuju rumahnya. Dengan geraknya yang terburu-buru, Adi berusaha melirik pohon mangga yang menurutnya memiliki sedikit kemiripan dengan pohon bergerak yang sering dilihatnya di tayangan kartun setiap minggu. 15 menit berlalu, akhirnya Adi mencapai rumahnya yang asri, dengan nafas terengah-engah.
          Adi mencoba mengetuk pintu kayu rumahnya yang telah ditumpuki debu disetiap sudut ukirannya. Tidak mendengar jawaban yang diharapkan, Adi mengambil kunci cadangan di tempat yang tidak akan pernah diketahui orang lain. ”Assalamu’alaikum... Bu?” Adi bergerak malu menuju dapur, tempat ibunya biasa bereksperimen dengan sayur-sayur yang sangat dibenci Adi. ”Ibu..?” sedikit ekspresi keterkejutan tampil diwajah Adi karena tidak mendapatkan ibunya disana, tanpa menunggu lebih lama lagi, Adi langsung menuju kamar ibunya, berharap beliau ada disana. Raut wajah yang benar-benar terkejut bertengger diwajahnya ketika tidak mendapatkan ibunya dimana-mana disetiap sisi ruangan. Berharap ibunya sedang pergi kesuatu tempat dan membawa ponsel pinknya, Adi mengambil ponsel pribadinya dan memencet kencang setiap tombol seraya menempelkannya ke salah satu telinga kecilnya. Tetapi yang diharapkan benar-benar tidak terjadi, dering ponsel ibu malah terdengar dari kamar ibunya sendiri. ”Ibu tidak membawa ponselnya!” Adi terkesiap kebingungan. Terlalu dalam tenggelam dalam fikirannya yang lebih mirip labirin saat ini, tubuh kurus Adi melayang jatuh kesebuah  jalinan benda empuk dibelakangnya...

          Ditempat lain, ibu Adi terlihat kesepiaan di jalanan melingkar yang benar-benar dipadati oleh orang-orang yang hilir mudik disekitarnya. Sebuah tangan kekar berusaha menariknya keluar dari kerumunan orang dengan secepat kilat langsung membawanya ke sebuah mobil penuh karat. Teriakan Ibu Adi bergema, sangat keras dan semakin keras, tetapi tidak ada yang menanggapi, hingga hilang begitu saja...

          “Ibuu!!!” Adi berteriak, suaranya bergema di ruang tamu, dengan raga yang basah karena keringat, Adi segera duduk sembari mengumpulkan ingatannya. ”Aku bermimpi” Adi bergumam, menyadari bahwa dia tertidur di sofa empuk dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Sambil melihat jam dinding, Adi berusaha memperhatikan sekelilingnya, berharap ibunya telah kembali, walaupun dia mengetahui ibunya masih tidak berada dirumah. Adi menyeret tubuhnya ke kamar mandi, membersihkan tubuh dan beribadah, meratap sedih akan perbuatan yang telah dilakukannya.

Betapa saat itu Adi sadar, bahwa dia membutuhkan seorang Ibu, penyesalannya yang teramat sangat membuat wajahnya tertunduk dalam ketakutan akan kehilangan sosok yang selama ini telah mengaturnya. “Aku  harus mencari Ibu!” Suara Adi yang penuh tekad menjadi penutup do’a yang sedaritadi dihaturkan kepada-Nya.
          Berbekal beberapa foto kecil Ibunya, Adi bertanya kepada orang-orang dijalanan, berharap seseorang pernah bertemu atau melihatnya di suatu tempat. Setitik harapan akan keberadaan Ibunya benar-benar menjadi sesuatu yang paling dibutuhkannya melebihi apapun.

“Hooi Adi!” seseorang berteriak saraya melambaik-lambaikan tangan kepadanya. “Bagaimana? Sudah selesai kan urusanmu?” Alif berkata kepadanya. “Ibuku... Dia menghilang” Adi menjawab lesu, tidak mampu menatap sahabatnya, malu atas perbuatannya. ”Olala!! Apa yang terjadi?” Alif terkejut mendengar jawaban Adi. Sambil berjalan pelan, Adi menceritakan semua yang dirasakannya, hingga upaya yang dia lakukan untuk mencari Ibunya.”Aku akan membantumu!” Alif berkata ringan tanpa beban. “Oh Alif, kau tak mungkin aku libatkan dalam kasusku sendiri” Adi menolak tawaran Alif. ”Di. Kau tahu, sejak kebakaran 2 tahun yang lalu. Aku telah kehilangan kedua orang tuaku. Ketika aku sedang menikmati pisang goreng lezat buatan Ibuku di teras rumahku yang sejuk dan tiba-tiba.... tiba-tiba...” Alif tidak mampu melanjutkan kata-katanya, seluruh tubuhnya nyaris bergetar mengingat deteil peristiwa yang dialaminya saat itu. “ Dan aku tidak mau kau merasakan apa yang kurasakan saat itu. Setidaknya, aku bisa mencegahnya” Suara Alif terdengar mantap dipenghujung kalimatnya. ”Oh Alif...Kau memang sahabat terbaikku!” Adi tidak mampu menahan haru diwajahnya, setetes air asin jatuh di penghujung matanya yang coklat, mengalir lurus dipipinya, meninggalkan jejak basah yang perlahan mulai mengering. “Kita tak bisa berlama-lama disini, kita harus menemukannya!” Alif berkata, bagaikan akan melakukan pekerjaan terpenting dalam hidupnya. “Tentu saja!” Adi balas berkata, ujung bibirnya tertarik kebelakang, meninggalkan garis tipis melengkung diwajahnya.

          Detik berganti menit, menit berganti jam, mereka lalui dengan pertanyaan yang sama kepada setiap orang yang kebetulan mendekat kesekitar mereka. Beberapa orang berkata baru saja melihat wanita yang sedang mereka cari, walaupun semuanya hanya melihat seseorang yang sedikit mirip dengan Ibu Adi dan hal itulah yang paling mengesalkan bagi mereka. Dengan langkah yang letih, mereka setuju untuk duduk disebuah bangku kayu lusuh, yang bagian bawahnya telah subur ditumbuhi lumut.

          Tidak sampai 10 menit, mereka kembali melanjutkan pencarian terhadap orang yang sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan, orang yang berjuang tanpa kenal lelah, memberi tanpa minta balas budi yang membuat seluruh manusia didunia hadir dalam kelebihannya masing-masing. Ibu.

“Adi, lihat sana!” Alif menunjuk sebuah taman berjalan mengitarinya, mereka melewati sebuah bangku kecil, tempat seseorang meringkuk ketakutan disudutnya. “Hmm.. maaf, anda kenapa?” Adi berkata lembut kepada orang yang sekarang sedang berusaha menampakkan dirinya. ”Ibu!!” Adi terkesiap, menyaksikan orang yang dicari-carinya berada didepannya sendiri. “Adi!  Apa yang kamu lakukan disini?” Ibu terkejut, melihat Adi berurai air mata didepannya.

“Maafkan Adi bu, aku adalah anak paling tidak berguna di dunia...” Adi memelankan suaranya, merasa malu akan apa yang telah ia lakukan. “Apa yang membuatmu begini?” Ibu bertanya, “Ini Bu...” Adi menaruh tangan didadanya. “Perasaanku mengatakan bahwa aku telah sangat keterlaluan kepada Ibu... Aku minta maaf bu”. Sambil memeluk anaknya, Ibu berkata “ Tak ada yang salah nak, Ibu yang terlalu keras mendidikmu, maafkan Ibu” Ibu membalas keluhan Adi. ”Lalu apa yang Ibu lakukan disini?” sambil melepaskan ibunya dengan lembut.

          Wajah ibu  berubah ragu saat akan menjawab pertanyaan anaknya. “Adi, kamu tahu, semenjak kepergian ayahmu, keuangan keluarga kita jauh menipis, tidak ada cara lain, selain meminta pinjaman dari bank, fikiran ibu tidak lebih kepada apa yang kamu ucapkan tadi pagi, kata-kata itu benar-benar tajam bagi Ibu, kembali dari bank, ibu langsung membeli beberapa makanan untuk makan malammu hari ini, hingga ibu sadar bahwa uang yang Ibu pinjam sudah tidak ada. Ibu dirampok. Ibu hanya bisa meringkuk disini memikirkan betapa bodohnya Ibu” Ibu berkata sedih, menatap sepatunya yang kotor.

“Tidak ada yang perlu dipikirkan bu, sekarang aku disini, aku berjanji akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya, semuanya akan kita lakukan bersama-sama” Adi berkata mantap, melirik Alif yang tersenyum lebar melihat pertemuan Ibu dan anak ini. “Oh Adi, ibu harap kamu akan selalu seperti ini selamanya” Ibu menatap penuh harap kepada Adi. “Dan kamu Alif, terimakasih telah menjadi sahabat terbaik untuk Adi. Kamu bagaikan kakak  yang selalu menjaganya. Kamu juga telah memberi cahaya kecil dalam keluarga kami “Ibu berkata lembut kepada Alif, yang saat ini merasakan hangatnya cinta kasih seorang Ibu kepadanya. “Baiklah! Semuanya sudah selesai, ayo Bu, kita pulang” Adi tersenyum penuh arti, sambil mendongak kearah langit sore hangat bercampur warna jingga temaram.

Dengan senyum lebar tanpa beban, mereka pulang menuju rumah yang serasa jauh berbeda dengan rumah dahulu dan berharap. Semua akan jauh lebih baik dari sebelumnya. Semoga. []
                                                                                      @RidhoFadhlurrahman

[...]

Categories:
Comments



Red Velvet Whoopie Pie



Bahan: 
325gtepung terigu
15 g cokelat bubuk
¼ sdt baking powder 
¼ sdt baking soda 
½ sdt garam
180 ml
 buttermilk 
2 sdm pewarna makanan cair warna merah
170 g mentega tawar
200 g gula pasir halus
1 btr telur
1 sdt esens vanili

Cream Cheese Filling: 
113 g mentega tawar
227 g
 cream cheese 
1 sdt esens vanili
345 g
 icing sugar , ayak

Cara Membuat: 
1. Campur tepung terigu, cokelat bubuk, baking powder , baking soda , dan garam, aduk rata. Ayak dan sisihkan.
2. Campur buttermilk  dan pewarna makanan cair warna merah, aduk rata. Sisihkan.
3. Kocok mentega tawar dengan mixer  hingga lembut. Tambahkan gula pasir halus, kocok kembali hingga mengembang dan lembut.
4. Tambahkan telur dan esens vanili, kocok rata. Masukkan campuran tepung terigu bergantian dengan campuran buttermilk  sedikit demi sedikit, aduk rata.
5. Sendokkan adonan menggunakan ice cream scoop  kecil dan taruh di atas loyang beralaskan kertas roti. Ratakan dengan tangan yang dibasahi air.
6. Panggang di oven bersuhu 180 derajat Celsius selama 20 menit atau sampai matang. Angkat dan dinginkan.
7. Cream Cheese Filling : Kocok mentega tawar sampai lembut. Masukkan cream cheese , kocok kembali sampai lembut. Tambahkan esens vanili, kocok rata. Terakhir, masukkan icing sugar , kocok sampai lembut dan mengembang.
8. Ambil 1 buah whoopie pie , semprotkan cream cheese filling dan tangkupkan dengan 1 buah whoopie pie .

 20 buah 45 menit

Tips: 
-  Buttermilk membuat tekstur cake atau kue menjadi lebih lembut dan lembap tanpa harus   
   menggunakan lebih banyak mentega. 
Buttermilk dapat dibeli di pasar swalayan yang menjual bahan makanan impor. 
- Buttermilk bisa diganti campuran 250 ml susu cair dan 1 sdm cuka. Campuran ini juga bisa diganti 
   yoghurt atau krim asam bertakaran sama.


[...]

Categories:
Comments


Sejarah SMAN 1 Bukittinggi


smadulu           Seperti tertuang dalam sejarah perkembangan SMAN I Bukittinggi, yang sebelumnya bernama SMA Negeri I Bukittinggi, yang ditulis pada masa kepemimpinan Kepala sekolah SMAN I Bukittinggi Azwar, diuraikan, bahwa pada awalnya, SMUN I Bukittinggi pada mulanya berasal dari SMA Negeri ABC, yang berpusat di Birugo, ( ketika itu masih bergabung dengan SMAN 2 dan SMAN 3 Bukittinggi) . SMA negeri ABC itu sendiri, sebetulnya telah berdiri sejak 

permulaan zaman kemerdekaan yang dirintis oleh Dr A Rusma.
Description: sma1
            Pada saat agresi Belanda ke II, sekitar tahun 1949, SMA Negeri ABC Bukittinggi terpaksa dibubarkan, sebab pada saat itu sebagian guru dan siswanya terpaksa mengungsi ke daerah pedalaman. Namun demikian oleh pemerintahan pendudukan Belanda, di sekolah yang dibubarkan tersebut, dibenarkan pula mendirikan sekolah menengah, yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Jaka Dt Sati, dibantu beberapa orang guru yang saat itu kebetulan tidak ikut mengungsi.

            Setelah penyerahan kedaulatan terhadap negara Republik Indonesia, sejarah SMA Negeri ABC Bukittinggi, kembali berlanjut di bawah kepemimpinan Bapak A Manan St Penghulu. Dan guru-gurunya merupakan gabungan antara guru-guru yang berasal dari luar (pedalaman), dengan guru-guru yang menetap di Bukittinggi, atau guru-guru federal. Pada waktu itu dikenal adanya guru-guru republik dan guru-guru federal. Sedangkan murid-murid SMA Negeri ABC Bukittinggi umumnya berasal dari seluruh daerah yang ada di Sumatera Tengah. Sesudah kepemimpinan A Manan St Penghulu, terjadi beberapakali pertukaran pimpinan sekolah, diantaranya, M. Nazir St. Mudo, yang sebelumnya adalah mantan Direktur SMA Negeri B Jogjakarta, Pada masa kepemimpinannya perkembangan murid-murid SMA Negeri mulai mengalami peningkatan, dengan jumlah lokal seluruhnya 16 buah. Pada saat itu, bahkan banyak siswa tamatan SMP dari iseluruh Sumatera Tengah tidak dapat ditampung di SMA Negeri ABC Bukittinggi.

            Sesudah kepemimpinan M. Nazir St. Mudo, berturut-turut kepala sekolah dijabat oleh Sabirin St Rajo Ameh, Sesudah kepemimpinan Sabirin St Rajo Ameh, SMA Negeri ABC Bukittinggi, dibagi menjadi dua, yaitu SMA Negeri I B serta SMA Negeri II/AC, Bukittinggi. Dimana ketika itu SMA Negeri I B dipimpin oleh Bais St. Sinaro, sedangkan SMA Negeri II/AC, dipimpin oleh Adam Saleh.

            Letak SMA Negeri ABC Bukittinggi, pada mulanya seluruhnya dipusatkan di Birugo, yaitu bekas gedung sekolah raja serta sekolah prifaat yang ketika itu masih ditempati oleh SMA II dan SMA III Bukittinggi. Selanjutnya, pada tahun 1957, oleh pemerintah pusat Bukittinggi, didirikan sebuah bangunan baru, yang berlokasi di Lambau Bukittinggi. Dan, sekitar tahun 1959, seiring telah rampungnya bangunan baru tersebut, akhirnya SMA Negeri IB Bukittinggi berpindah lokasi ke Lambau, sedangkan SMA Negeri II
AC, tetap menempati gedung lama di Kelurahan Birugo.

            Sesudah Bais St Sinaro, SMA Negeri IB Bukittinggi dipimpin oleh Nazir St Rajo Intan, dilanjutkan oleh Muharsono, serta Sunariaman Mustofa. Selanjutnya berturut-turut menjabat sebagai kepala sekolah IB Bukittinggi, yang belakangan berubah menjadi SMAN I Bukittinggi, yang selanjutnya berubah nama menjadi SMUN I Bukittinggi, diantaranya, Azwar, Drs Muhammad Nasir, Usman Luthan, Amir Umar Dt. Bungsu, Drs Rusdi Marah, Drs H Irman Zein, Drs Zulkifli Johneva, serta terakhir dijabat oleh Drs Persalide.

Saat ini, seiring percepatan perkembangan dunia pendidikan yang ada, SMUN I Bukittinggi, telah berkembang sedemikian rupa, ditunjang oleh wilayah lingkungan sekolah yang cukup luas, disertai adanya laboratorium komputer berjumlah 24 unit, ditambah pula 2 buah lapangan basket, lapangan volly ball, ruang perpustakaan dengan judul buku berjumlah 60.444 buah, serta jumlah buku 849.2992. Ditambah laboratorium IPA, (Fisika. Kimia, Biologi), laboratorium bahasa, ruang serbaguna, yang keberadaannya ditunjang pula partisipasi alumni SMU N I Bukittinggi maupun orang tua murid, di samping ditunjang pula oleh tenaga edukatif dan administratif terampil dibidangnya.

            Terakhiri, fasilitas SMUN I Bukittinggi bertambah lagi dengan diresmikannya mushalla, yang diprakarsai oleh alumni SMUN I Bukittinggi, dengan demikian sesuai visi dan missi SMUN I Bukittinggi, keberadaan Mushalla tersebut, diharapkan dapat lebih mendukung visi dan missi SMUN I Bukittinggi menjadi sekolah unggul, bukan hanya dalam bidang iptek, melainkan juga dalam bidang Imtaq, sesuai visi dan missi SMUN I Bukittinggi sebagai sekolah unggul.

[...]

Categories:
Comments


 The Awesomeness Bukittinggi


Official Name         :  Bukit Tinggi                                    
Province                 : West Sumatra
Boundaries             :
     North : Agam District                   
     South: Agam District                   
     West: Agam District                   
     East: Agam District                  
Broad Area   : 25.24 km ²                   
Population     : 108,861 Life                 
Number District: District : 3,
Village: 24
Website : www.bukittinggikota.go.id


 



History

          
  Bukittinggi in state affairs since the Dutch colonial era, the Japanese occupation and the time of independence with its variations remain the central government and the Central portion Sumatra Sumatra as a whole, even Bukittinggi once served as the Central Government of the Republic of Indonesia setela Yogyajarta occupied Netherlands from December 1948 up to the month June 1949.
                 As a former Dutch government, the Dutch always Bukittinggi by enhanced role in the state administration, from what dinamakanGemetelyk Resort by Stbl 1828. The Netherlands has set up camp defenses in 1825, which until now is still known stronghold of the fortress "Fort De Kock". The city also has been used as a resting place by the Dutch officers who were in the area at the eastern colonies.
By the Japanese government, Bukittinggi serve as the control center for the military government of Sumatra, even to Singapore and Thailand because here based commander Milioter to 25. At this time of the renamed Bukittinggi Taddsgemente Fort de Kock became Bukittinggi The Yaku Sho, whose land extended to include  villages-villages Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Tower, Batu Bukit Batabuah taba and now all of it is now in Agam regency, in The city is also the host of tebtara Japanese government established the largest radio transmitter on the island of Sumatra in order to fly the spirit of the people to support the interests of the Greater East Asia peramg Japanese version.
In the struggle for Indonesian independence Bukitinggi role as the city struggles. From December 1948 until June 1949 was appointed as the Emergency Government Capital of the Republic of Indonesia (PDRI), after Yogyakarta fell into the hands of the Dutch.
Furthermore, once the capital city of Bukittinggi Sumatra with governors Mr. Tengku Muhammad Hasan. Later in the regulations in Lieu of Law No.. 4 Bukittinggi in 1959 set as the Capital of Central Sumatra which  includes residency-residency West Sumatra, Jambi and Riau are now each residency has become its own provinces.
Having developed a residency West Sumatra West Sumatra, Bukittinggi was appointed as the province capital,. since 1958, the de facto Capital has moved to a deyuire Padangnamun Bukittinggi in 1978 then ceased to be the capital of West Sumatra province, with the release of Government Regulation. 29 in 1979 who moved the capital of West Sumatra to Padang.
Currently Dublin's status as Level II Regional Municipalities in accordance with law No.. 5 year 1974 on Regional Government has been enhanced with the Act NO. 22/99menjadi Bukittinggi.
the quick development of Bukittinggi can diloihat as follows:



A. In the period of Dutch colonization
Originally ass Geemente Fort De Kock and later became Staadgemente Fort De Kock, as stipulated in No. Staadblad. 358 In 1938 the total area equal to the area of ​​Bukittinggi now.



B. In the period of Japanese rule
At this time Bukittinggi named Shi Sho Yaku a wider area of ​​the City of Bukittingggi now coupled with villages-villages Sianok, Gadit, Ampang Tower, stone and Bukit Batabuah taba.

C. At Independence Period Until Now
    
In early stages of the proclamation, the same area of ​​Dublin today with the former mayor is Bermawi Sutan Rajo Ameh.
    Bukittinggi with the provisions of No. Sumatra Governor. 391 dated June 9, 1947 on the establishment of Bukittinggi as the City has the right to govern themselves.
    Big City as set Bukittinggi Law. 9 of 1956 on the establishment of the Autonomous City of Bukittinggi in the Great Central Sumatra jo Act No. Principles of Local Government. 22 tahun1960.
    Township Bukittinggi, as stipulated in the Local Government Act No.. 1 year 1957 jo. Pen. Prs. No. 6 years 1959 jo. Pen. prs. No. 5 of 1960.
    Municipalities which is set in Dublin as Law. 5 year 1974 on the Principles of Local Government.
Government leaders, both as an officer senentara (Acting) or as an officer (Pj), and as Mayor of Choice (KDH) can be engraved as follows:

    Sutan Bermawi Rajo Ameh
    Iskandar Teja Kusuma
    Jamin Dt. Bagindo
    Aziz Karim
    Enin Karim
    Saadudin Jambek
    Nauman Jamil Dt. Mangkuto Ameh
    MB. Dt. Majo Yellow Nan Bases
    Latif Syahbuddin Dt. Sibungsu
    Dr. S. Rivai
    Bahar Kamil Angry Sutan
    Angry Maksum Anwar Sutan
    M. Asril, SH
    A. Kamal, SH
    Drs. Masri
    Drs. Oemar Gaffar
    Drs. B. Barhanudin
    Drs. Hasan Basri (PLT. Mayor)
    Agus Armedi
    Drs. Rusdi Lubis (PLT Mayor)
    Drs. H. Djufri
    Drs. H. Oktisir Sjovijerli Osir (PLT. Mayor)
    Drs. H. Djufri
    H.Ismet Amzis, SH (now)
With a wide variety of functions carried status and Bukittinggi as described above, we can draw the conclusion that Dublin is quite strategically located and supported also by the weather was cool, karenaterletak in Bukit Barisan range.
In terms of public relations, no less anyway Bukitinggi role, both in the size of regional, Nasiopnal mupun International. This city is often held working meetings government, scientific meetings, congresses by community organizations and others.Meaning Logo
Coat areas pentagon-shaped shield, Painting in the lambing area consists of:
1.Kata words: Bukittinggi2.Bintang pentagon glow at the top of the peakTraditional House 3.Gonjong 4 (four)4.Gobah berlenggek (nested) two5.Carano complete with betel bertutupkan frayed dalamak 17.6.Bukit hills, two on the background and on the front seven.7.Garis amid craggy villages 8.8.Motto "Saayun Salangkah"
The basic color, painting / drawing and outline regional emblem referred to in Article 4 are as follows:1.Merah: pentagon shield base color and color tassels dalamak2.Hitam: color edge dasra pentagon, gonjong indigenous houses, writing and basic colors Bukittinggi motto "Saayun Salangkah"3.Kuning Gold: Carano color and star pentagon4.Hijau: color canyons and hills


I. Meaning and form :
       Shield shape pentagon, symbolizing the city of Bukittinggi is one of the areas within the City of autonomous region of the Republic of Indonesia based on Pancasila and the 1945 Act, and also means devotion to native Dublin as a prestigious name and berkepribadi and enforced in the Pandam graveyard "Stads Gemeente fort de Kock".
          Red shield pentagonal black brimmed round symbolizes courage and resilience.

II. Meaning drawing / painting :a. Star pentagon yellow symbolizes:
         1.Pancasila as the basic philosophy of the Republic of Indonesia
         State 2.Dalam Repulik Indonesia based on Pancasila has been covered and West Sumatra Bukittinggi.
b.Jumlah drawing lines on painting the symbol, symbolizing the historic day the Declaration of Independence of the Republic of Indonesia 
17 August 1945 is as follow :

         1. Number dalamak cover Carano totaled 17 (seventeen)
         2. The lines of the steep canyon 8 (eight)
         3. Floor and lenggel mosques numbered 4 and custom homes with gobah gonjong mosques numbered.
c.Bukit and canyon represents the geography of the area of
​​Bukittinggi with the following details:

         1. Bukit the 27 (twenty seven) projected number of pieces by painting two hills
            on the back and front of the hill 7 fruit that symbolizes the city of Bukittinggi
            was in the hill regions of the 27 pieces.
        2. Ngarai illustrated by white lines sloping rippling. Color white with a green stripe behind mean:
            that the canyon is a natural (native) and not a human creation
            and symbolizes the city of Bukittinggi has a scenic geographical,
            while the green symbolizes the fertility of the land area of
​​the city of Bukittinggi.

 d. Gonjong Traditional House and Mosque gobah berlenggek three and paintings complete with betel   Carano
      dalamak lids red symbolizes the culture and philosophy of living of its citizens.
      If the term is now known as "mental / spiritual", then Bukittinggi denoted by
      "Maharam Gonjong Tower House" as a symbol of indigenous culture, while the name itself is gonjong  "tanduak Kabau bitch"
Gonjong the black color is accompanied gobah berlenggek three white is a symbol of religion, which implies that traditional common syarak kawi is "Sanda manyanda" both. While the intention behind and gobah gonjong describe upfront shows that Indigenous older age at Kuai and Religion.Lenggek the three on gobah symbolizes "Nan Tigo Urang Jinih", a secret hidden in lenggek is "Indigenous Syarak climb-down".Painting Carano complete with betel bertutupkan red dalamak accidentally pictured on the front, symbolizing:

     a. Kapalo Baso (Palace of the opening speech language)
     b. Halek Pananti Tibo (Social, Solider)
     c. Sirieh langkok (5 types) symbolizes life balance, harmony and smart seresam diawak katuju diurang
     d. Lamak sirieh dilega Carano with wisdom "kato kato basamo dipaiyokan Bulek kamupakaik"

III. Meaning Motto
      Motto "Saayun Salangkah" is the essence of the word-kat describe indigenous unity.

 IV. Meaning of colors
      Colors in this area means the symbol / means:
        Yellow: It is a symbol of greatness and nobleness
        Black: It is a symbol of resilience.
        White: It is a symbol of holiness (resistant hard white)
        RC: It is a symbol of holiness (resistant hard white)
        Green: It is a symbol of fertility

[...]

Categories: